Tuesday, February 7, 2017

Dampak Penggunaan Pestisida Kimia




Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.

adapun tujuan penggunaan pestisida adalah ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititikberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas-ambang.


Adapun Dampak Positif Penggunaan Pestisida antara lain:
       Dapat diaplikasikan dengan mudah.
       dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.
       Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat.
       Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat.
       Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.

Sedangkan dampak negatif penggunaan  pestisida:
       Pencemaran terhadap ekosistem sungai, kolam, rawa/danau dan perairan.
       Pencemaran terhadap ekosistem lahan sayuran holtikultura.
       Pencemaran terhadap keadaan populasi hama, patogen dan musuh alami.
       Pemanasan global.
       Pencemaran terhadap kesehatan manusia.

Pencemaran Terhadap Kesehatan Manusia:
Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan. Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan.

Gejala yang terjadi saat Keracunan Pestisida:
Antara lain :
       Pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya,
       Muntah,
       Mulas,
       Mata Berair,
       Kulit terasa gatal-gatal dan menjadi  luka,
       Kejang-kejang,
       Pingsan,
       dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian.

Kejadian diatas umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja  dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.


Secara Spesifik Bahaya Pestisida Bagi Manusia antara lain :
1. Kulit
Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.
2. Pernafasan
Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak berbau.

 3. Mulut
Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.
4. Sistem Syaraf
Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat berbahaya bagi otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.

5. Hati / Liver
Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis.

6.  Perut
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang-orang yang menelan pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.

7.  Sistem Kekebalan
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida bervariasi dalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.

Penggunaan  pestisida di sektor pertanian selain dapat membasmi atau mengendalikan hama, sehingga membantu petani meningkatkan produktivitasnya, membuat pertanian lebih efisien, dan ekonomis. Juga berakibat menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan dan Pencemaran terhadap kesehatan mahluk hidup

Monday, February 6, 2017

Penyakit Cabe dan Cara Penanggulangannya




Menanam cabe adalah salah satu kegiatan yang membutuhkan pengetahuan dan teknik agar mendapatkan hasil yang maksimal. Hama dan penyakit yang begitu kompleks pada tanaman cabe mengharuskan para petani untuk belajar dan terus belajar.
Pengamatan dan pencegahan harus selalu dilakukan, sebab jika terlambat serangan hama dan penyakit sulit untuk di kendalikan. Penanganan penyakit tanaman cabe sejak dini adalah cara yang paling tepat untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman cabe. Sejak penyemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan sampai masa panen petani harus betul-betul serius mempelajari segala aspek tentang tanaman cabe.

Penyakit Cabe dan Cara Penanggulangannya

Penyakit cabe busuk buah
Untuk penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunakan fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut dapat dilihat pada labelnya.


 
 Adapun jenis-jenis penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain antraks atau patek yang disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici) , dan yang cukup berbahaya ialah keriting daun (TMV, CMVm, dan virus lainnya).
Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak – bercak pada buah, buah kehitaman dan membusuk, kemudian rontok.

Penyakit cabe keriting daun
Gejala serangan keriting daun adalah:
• bercak daun ialah bercak-bercak kecil yang akan melebar
• Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang.
• Daun berubah kekuningan lalu gugur.
• Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar.


Cara mengatasi kriting pada cabe
Selain penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Konsentrasi yang digunakan cukup 0,2-0,3%. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut dan dibakar. Pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.
Penyakit Layu Cabe
Penyakit layu cabe disebabkan oleh bakteri layu. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
Cara mengatasi penyakit layu cabe
Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.

Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.

Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)


Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Cara mengatasi penyakit layu Fusarium
Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.

Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.

Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.
Bercak Daun dan Buah pada tanaman Cabe
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau “patek”. Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai “mummi” dengan warna buah seperti jerami.
Cara mengatasi penyakit Cabe Bercak Daun dan Buah cabe
Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x 70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x 70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.

Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).

Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak Daun Cabe Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

Bercak Alternaria


Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.
Penyakit Busuk Daun dan Buah cabe
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.
Virus Pada tanaman cabe
Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).

Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.

Pengendalian penyakit virus pada tanaman cabe
a. Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
b. Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
c. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

Pengamatan Hama & Penyakit Tanaman cabe
a. Penyakit pada tanaman cabai
· Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.
· Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.
· Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.
b. Hama pada tanaman cabai
· Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan
pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
· Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
· Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip
Penyakit Fisiologis Pada tanaman cabe
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabai akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai Paprika. Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif berbuah tetapi baru diketahui kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak tahan terhadap sinar matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan menyebabkan terbakarnya kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang nampak di bagian luar adalah warna kulit buah berubah menjadi keputih-putihan hingga kecoklatan dan mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk basah, tetapi warna buah menjadi jelek dan kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian terhadap sengatan sinar matahari adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan plastik transparan (bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening selain dapat mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi tingginya temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan kelembaban relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping itu, pengaruh naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.
kembali ke atas
Panen dan Pasca Panen Cabe
Panen cabai yang ditanam didataran rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan cabai dataran tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada umur 70 – 75 hari.
Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai pada umur 4-5 bulan. Setelah panen pertama, setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin.
Biasanya pada panen pertama jumlahnya hanya sekitar 50 kg. Panen kedua naik hingga 100 kg. Selanjutnya 150, 200, 250, hingga 600 kg per hektar.
Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi.
Tanaman cabai dapat dipanen terus-menerus hingga berumur 6-7 bulan.
Cabai yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau).
Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/ tangkai tanaman tidak patah. Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi masih berwama hijau penuh.
Penentuan umur panen
Umur panen cabe biasanya 70-90 hari tergantung varietasnya, yang ditandai dengan 60% cabe sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabe dipanen bila buah sudah menjadi merah semua.

Monday, January 30, 2017

Pengendalian Ulat pada Tanaman Kubis

Tanaman kubis bisa ditanam sepanjang tahun, jenis sayuran iningga akan tinggal tulang daun biasanya tumbuh serta berproduksi baik pada lahan di ketinggian 800 mdpl ke atas dengan curah hujan cukup serta temperatur 15-20 derajat celcius. Adapun untuk tipe tanah yang dikehendaki bersifat gembur, bertekstur mudah atau sarang dengan ph 6-6,5.
Hama ulat pada tanaman kubis ada beberapa jenis, ada ulat daun (cp xylostella) yaitu jenis ulat yang memakan daun pada tanaman yang akan mengakibatkan daun berlubang kecil-kecil sehingga akan tinggal tulang daunnya saja.
Selain ulat daun hama yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat krop (c. binotalis). ulat ini akan merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis berlubang-lubang, kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis, sedang kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen.
adapun pengendalian ulat pada tanaman kubis dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain:
  1. Kultur Teknis
Tumpang gilir tomat dan kubis di mana tanaman tomat berfungsi sebagai penolak terhadap ngengat p. xylostella yang akan bertelur pada tanaman. Tomat ditanam satu bulan lebih awal dengan pola larikan yaitu satu baris tomat dan dua baris kubis.
tumpang sari rape(caisin) - kubis atau sawi jabung (mustard) - kubis. dimana tanaman rape atau sawi jabung berfungsi sebagai perangkap hama plutella dan Crocidolomia. pertanaman kubis dikelilingi dengan dua baris rape atau dua baris sawi jabung. baris pertama ditanam 15 hari sebelum penanaman kubis sedangkan baris kedua ditanam setelah kubis berumur 25 hari.

2. Fisik atau Kimia
dengan cara mengumpulkan telur, larva, pupa lalu dimusnahkan

3. Biologis

dengan memanfaatkan musuh alami ulat daun kubis seperti parasitoid telur Trichogrammatoidae bactrae, parasitoid larva, diadegma semiclausum dan cotesia plutellae. parasitoid pupa, diadromus collaris.

4. Biopestisida

yaitu dengan mengendalikan menggunakan insektisida alami yang direkomendasikan seperti insektisida biologis dengan bahan aktif Bacillus Thuringiensis disamping menggunakan bahan-bahan alami lainnya seperti misalnya minyak dari ekstrak buah srikaya, sirsak. biji nimba dan tembakau.

5. Kimia

pengendalian dengan menggunakan aplikasi pestisida kimia sintettik yang terdaftar dan diizinkan pleh kementerian pertanian apabila pengendalian lain tidak dapat mengurangi intensitas serangan hama. misalnya yang berbahan aktif sipermetrin. abamectrin dan beta siflutrin

Thursday, January 26, 2017

Ramuan Nabati dari Bawang Putih


Yang dimaksud dengan ramuan nabati adalah ramuan yang bahan baku utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan. karena terbuat dari bahan alami maka akan mudah terurai, aman bagi manusia dan ternak serta tidak mencemari lingkungan sebagaimana pestisida berbahan kimia yang banyak beredar di pasaran.
ramuan nabati bersifat pukul lari artinya apaabila disemprotkan ke tanaman akan langsung saat itu juga membunuh hama sasaran dan selanjutnya residu akan cepat hilang di alam. pembuatannya relatif mudah dengan teknologi sederhana dan bisa dikerjakan di rumah
disamping bayak keunggulannya, ramuan nabati juga memiliki beberapa kelemahan antara lain daya kerjanya relatif lambat, kadang harus diaplikasikan berulang-ulang, tidak tahan disimpan lama, tidak tahan terhadap paparan sinar matahari dan kurang praktis.
begitu banyak tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan ramuan nabati seperti daun/batang tembakau, daun kucai, daun mint, cabai merah, daun kemangi, daun pepaya, daun tomat serta daun/cabang tembelekan. sebaiknya bahan baku dipilih yang mudah diperoleh di sekitar kita.
selamaa ini banyak petani yang meramu sendiri ramuan dengan bahan baku utama bawang putih dan daun sirsak karena kedua bahan alami tersebut mudah didapatkan. cairan pembasmi serangga (insektisida) dari bawang putih proses pembuatannya juga tidak sulit.
Tahapan pembuatan insektisida dari bawang putih secara garis besarnya sebagai berikut:
  1. Sebanyak dua bungkul (20 siung) bawang putih dikupas dan ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan 5 liter air.
  2. Ramuan dicampur dengan 2 sendok teh minyak tanah dan 2 sendok deterjen atau sabun colek kemudian di aduk rata.
  3. Larutan tersebut kemudian disaring menggunakan kain halus dan dimasukkan ke dalam botol tertutup untuk penyimpanan agak lama. penyimpanan di tempat yang teduh dan terhindar dari terik matahari. usahakan penyimpanan tdak terlalu lama agar khasiatnya tetap terjaga.
untuk pengaplikasiannya campurkan sebanyak 3 sendok teh larutan insektisida yang sudah disaring dengan 1 liter air bersih. kemudian cairan tersebut disemprotkan pada tanaman terutama yang terserang hama.


SELAMAT MENCOBA

Wednesday, January 25, 2017

Sejarah Asal Usul Nagari Simpang Tanjuang Nan IV



Asal nama dan kependudukan Nagari Simpang Tj Nan IV menurut cerita yang diwariskan secara turun temurun yang tidak dapat diketahui tahun kejadiannya, menurut warih nan bajawek, pusako nan batarimo, dari mamak ka kamanakan, sako nan disakoi, pusako dipusakoi, sejarah yang dipedomani, yaitu pada masa dahulunya dimasa ninik moyang di nagari Batu Banyak mufakat empat keluarga dari suku melayu keempatnya bermaksud hendak mengembangkan ekonomi, akan mencari  hutan nan lembang, mencari tanah yang baik untuk tempat pemukiman dan tempat malaco.
Setelah mendapat kata mufakat berangkatlah empat keluarga tersebut dari Batu Banyak menuju arah selatan, dek lamo lambek dijalan maka sampailah mereka di bukit Siambai-ambai yang lazim di sebut bukit Cambai, dari sini tampaklah dua buah danau yakni Danau Diatas dan Danau Dibawah, setelah diperhatikan maka sepakatlah keempat keluarga itu untuk menuju ke Danau Diatas sehingga  sampailah mereka di Garinggiang. Maka di jalani dan diperiksalah Danau Diatas dimaksud, setelah beberapa hari mengelilingi Danau Diatas maka sampailah mereka kembali ketempat semula yaitu di Garinggiang, maka bermusyawarahlah keempat keluarga itu untuk membagi dan menentukan ulayat  masing-masing, dari kesepakaatan bersama maka didirikanlah empat orang rajo  atau pemimpin serta ulayat bagi masing-masing rajo, yaitu :
1.      RAJO MUDO di Pulau Sigaduduak
2.      RAJO DIACEH di Tanjuang Gadang
3.      RAJO NAN PUTIE di Tanjuang Lalang
4.      RAJO BILANG di Batu Bamo

Inilah yang disebut orang yang barampek atau RAJO NAN BARAMPEK konon dari sini pulalah asal nama nagari Tanjuang Nan Ampek dan orang yang brempat ini pulalah yang mempunyai ulayat di Nagari Tanjuang Nan Ampek baik di danau maupun didarat, karena orang yang berempat inilah yang pertama sekali menginjakkan kaki di Tanjuang Nan Ampek, mereka yang berusaha mancancang malatieh, manabak manaruko di ulayat masing-masing. Bagi Rajo Nan Barampek orang yang pertama  sekali dibawa ke Tanjuang Nan Appek lebih diutamakan anak pisang jo induak bako kemudian baru suku-suku yang lainnya, sehingga menjadi sebuah nagari yaitu TANJUANG NAN AMPEK yang dipusatkan di Taluak Anjalai. Dan dibangun balai adat dan satu buah masjid di Taluak Anjalai.
Untuk kesempurnaan nagari serta undang undang nagari maka  diadakanlah musyawarah nagari pada tahun  1901 di Pulau  Sigaduduak tepatnya di Anau Rapek, musyawarah pada saat itu belum mendapatkan keputusan. Pada tahun 1908 musyawarah yang Kedua diadakan kembali bertempat di Batu Ampa Pulau Sigaduduak namun juga belum mendapat  keputusan.
 Setelah ada jalan yang menghubungkan Padang-Muara Labuh, Solok–Alahan Panjang maka  fasilitas nagari mulai dibangun seperti : pasar, balai adat, sekolah dan sebagainya dipusatkan di persimpangan. Pada tahun 1914 kembali diadakan musyawarah yang Ketiga bertempat di Gaduang Sirocok Pulau Sigaduduak yang dihadiri oleh niniak mamak dari Batu Banyak beseta Kepala Nagari Batu Banyak, niniak mamak dari Solok jo Selayo, Kinari jo Parambahan dan Lareh Koto Nan Anam serta Demang dari Alahan Panjang, maka musyawarah besar pada waktu inilah yang mendapat keputusan, lah mandapek kato mufakat, lah bulek aie kapambuluah, maka dipotonglah kerbau di Gaduang Sirocok Pulau Sigaduduak dan di adakan kenduri selama tiga hari tiga malam dan pada waktu itu dikukuhkanlah pengulu  dilengkapi dengan gelar Datuak dan niniak  mamak  ampek jinih di Tanjuang Nan Ampek, yaitu :
I.                   RAJO NAN BARAMPEK statusnya adalah Pengulu Ulayat mereka adalah :
1.              DATUAK RAJO MUDO adalah Pengulu Ulayat Pulau Sigaduduak
2.              DATUAK RAJO DIACEH adalah Pengulu Ulayat Tanjuang Gadang
3.              DATUAK RAJO NAN PUTIEH adaalah Pengulu Ulayat Tanjuang Lalang
4.              DATUAK RAJO BILANG adalah Pengulu Ulayat Batu Bamo
II.                PENGULU  NAN BATIGO stausnya adalah Pengulu Andiko mereka adalah :
1.                              DATUAK BAGINDO MUDO
2.                              DATUAK RAJO INTAN/DATUAK MANDARO JAMBAK
3.                              DATUAK MALINTANG SATI

Pada tahun 1918 nagari Tanjuang Nan Ampek diberi nama Simpang Tanjuang Nan Ampek, nagari pada masa itu masih dibawah tekanan penjajahan, hingga sampai tanggal 17 Agustus 1945 berkat rahmat Allah SWT Indonesia dapat memproklamirkan Kemerdekaan, Memasuki masa-masa sulit  pada awal Kemerdekaan Indonesia  masyarakatnagari Simpang Tanjuang Nan Ampek sebagaimana daerah lain di Republik ini masih tetap mengalami keprihatinan melawan pemberontakan-pemberontakan di daerah sampai kepada  Era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama.
Memasuki Era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa/Kelurahan, yang aplikasinya tahun 1982 Sistem Pemerintahan Nagari secara Nasional berubah menjadi Sistem Pemerintahan Desa/Kelurahan. Pada Tahun 1979-1990 Sistem Pemerintahan Nagari Simpang Tanjuang Nan Ampek berubah menjadi Sistem Pemerintahan Desa yang terdiri dari 8 (delapan ) Desa, yaitu:
1.      Desa Kapalo Danau Dibawah
2.      Desa Pasar Simpang
3.      Desa Kapalo Danau Diateh
4.      Desa Lurah Ingu
5.      Desa Aka Gadang
6.      Desa Gurun Data
7.      Desa Taluak Kinari
8.      Desa Taluak Anjalai

Pada Tahun 1996-1999 terjadi penyatuan Desa, di Kenagarian Simpang Tanjuang Nan Ampek menjadi 4 (Empat) Desa, yaitu :
1.      Desa Kepala Danau Dibawah
2.      Desa Wisata
3.      Desa Sungai Sirah
4.      Desa Paubungan
Setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dalam paradigma baru maka pelaksaan otonomi daerah yang dicirikan denga azas desentralisasi, memposisikan pemerintah daerah menjadi penanggungjawab utama atas kebijakan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang diberikan dan tetap berada dalam koridor negara kesatuan  Republik Indonesia.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat  telah menyikapi secara arif Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 denagn melahirkan peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000  yang memberi peluang kepada daerah untuk mengatur pemerintahan terdepan sesuai dengan kreatifitas masing-masing. Di Provinsi Sumatera Barat ditetapkan sistim Pemerintahan terdepan yaitu Pemerintahan Nagari yang diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000, sehingga pemerintahan tersebut dinamakan dengan Nagari, dan dalam pelaksanaannya bernuansa filosofi “Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah”.
Komitmen masyarakat untuk “Babaliak ka Nagari” di Kabupaten Solok dipertegas dengan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, suatu hal penting yang merupakan tujuan kembali kepada Sistem Pemerintahan Nagari  bagaimana perasaan sahino samalu, saciok bak ayam, sadanciang bak basi kembali hidup ditengah-tengah masyarakat  jika persaan tersebut ditopang pula oleh nilai-nilai sosial budaya yang ditaati oleh masyarakat.
Nagari Simpang Tanjung Nan IV secara Yuridis  Formal dibentuk kembali bedasarkan Keputusan Bupati Solok Nomor 104 Tahun 2000 tentang Pengukuhan 55 Nagari di Kabupaten Solok , maka nagari Simpang Tanjung Nan IV dengan suka cita kembali meresmikan nagari Simpang Tanjung Nan IV dengan kembali menyembelih kerbau di Gaduang Sirocok pada tanggal 16 Oktober 2001, sebagai bukti sejarah maka dibangun sebuah prasasti/monumen di Gaduang Sirocok Nagari Simpang Tanjung Nan IV,   Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok yang dibangun oleh Pemerintah Nagari bersama Rajo nan Barampek beserta masyarakat Simpang Tanjung Nan IV
Nagari Simpang Tanjung Nan IV dihuni oleh penduduk heterogen yang terdiri dari 6 (enam) suku,  yaitu Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Tanjung, Suku Kutianyie/Jambak, Suku Caniago dan Suku Panai.